Selasa, 04 Desember 2012
Sejarah To Manurung dan Bambapuang
Sebahagian orang kadang
mengungkapkan bahwa, To Manurung sering diartikan sebagai turunan dari kayangan
dan ditakdirkan untuk memerintah manusia dimuka bumi. Tidak sedikit orang
mengungkapkan bahwa To Manurung itu bukanlah manusia sejarah, atau hanya
merupakan mitos belaka, akan tetapi penulis lontara dan para petutur di zamannya
dulu. Menurut cerita orang tua kita dahulu mengatakan bahwa pada
waktu dataran Pinrang dan Sidenreng Rappang masih lautan datanglah orang-orang
naik perahu masuk kepedalaman melalui sungai Saddang langsung ke Tana Toraja
dan sebahagian mendarat dikampung Papi mendaki kegunung Bambapuang, di kampung
Kotu Enrekang membangun perkampungan, orang-orang inilah yang pertama datang di
Masserempulu dan Malepon Bulan Tanah Toraja sebagai penduduk asli. Keterangan
orang-orang tua kita ini adalah sesuai dengan pendapat ahli sejarah kita bahwa
penduduk asli Sulawesi Selatan adalah orang-orang Annam, Dongson Indo Cina dan
Mongolia yang datang melalui pulau Kalimantan pada kira-kira 1500 tahun sebelum
masehi.
Penduduk asli di gunung Bambapuang ini tersebar ke
Timur daerah Duri, ke Selatan daerah Maiwa Sidenreng, ke Barat daerah Pinrang
dan Polmas ke Utara daerah Tana Toraja bertemu dengan penduduk asli disana yang
naik perahu melalui sungai saddang. Penduduk asli di Bambapuang ini membangun
Kampung Rura di sebelah timur gunung Bambapuang dan kampung Tinggallung di
sebelah baratnya. Dan penduduk kampung Rura dan Tinggallung membangun kampung
Papi, Kotu, Kaluppini, Bisang, Leoran, Tanete Carruk dan kampung-kampung
didaerah Maiwa, Duri, Pinrang, Binuang, Tanah Toraja bagian selatan.
Beberapa ratus tahun kemudian datanglah beberapa
Tomanurun didaerah Tana Toraja dan Masserempulu, antara lain Tomanurun Puang
Tamboro Langi, To Matasak Malepon Bulan di Kandora Mengkendek Tallulembangna
Tanah Toraja dengan istrinya Tomanurun Puang Sandabilik di Kairo Sangalla
Tallulembangna Tanah Toraja. Tomanurun Wellangrilangi di gunung Bambapuang
kampung Kotu Enrekang. Tomanurun Guru Sellang Puang Palipada dibuli Palli Posi
Tanah kampung Kaluppini Enrekang yang berasal dari Luwu bersama istrinya Embong
Bulan dari Malepon Bulan Tana Toraja.
Karena cara berfikir Tomanurun lebih maju daripada
penduduk asli maka Tomanurun mengajar kepada penduduk asli adat istiadat dan
membibing cara hidup yang lebih teratur sampai kepada kelompok penduduk asli
dengan nama Pake mengangkat Tomanurun menjadi pimpinannya. Dimana Tomanurun
menjalankan kepemimpinannya berdasarkan kerakyatan, kemanusiaan dan keadilan.
Akan tetapi setelah keturunannya menjadi Pemimpin dengan istilah
Raja/Datu/Karaeng/Puang/Arung dll.
Kita bersyukur karena pada abad XX. Masehi sekarang
ternyata masih banyak keturunan Tomanurun di daerah kita yang masih berpegang
kepada kepemimpinan Tomanurun ialah kemanusiaan, keadilan dan kerakyatan,
karena terbukti didalam Revolusi 17 Agustus 1945 menegakkan Negara Kesatuan
Republik Indonesia, banyak keturunan Tomanurun yang turut berjuang dan menjadi
pemimpin sampai sekarang di segala bidang. Mereka ini masih memiliki
kepribadian dan mempertahankan nilai-nilai leluhur ialah rasa kemanusiaan, rasa
kekeluargaan, dan gotong royong atau tolong menolong terutama tetap memelihara
hubungan keluarga atau famili.
>> SIFAT – SIFAT TOMANURUNG
1. Tomanurung tidak dikuburkan apabila meninggal dunia
karena tubuhnya menghilang tinggal pakaian dan kerisnya.
2. Tomanurung dapat dengan tiba-tiba tidak bisa dilihat
sedang berada di dekat kita.
3. Tomanurung mempunyai rasa kemanusiaan yang mendalam
atau menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
4. Tomanurun cakap dan mempunyai wibawa memimpin dan
membimbing masyarakat, sangat bijaksana, banyak mengajar rakyat bercocok tanam
dan beternak.
5. Tomanurung Luas Pengetahuannya, soleh terbukti
bimbingannya kepada masyarakat memuja dan menyembah kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Karena Tomanurun memiliki sifat-sifat tersebut diatas
maka masyarakat Sulawesi Selatan keturunan Tomanurun Wija Tau Deceng (
Keturunan Orang Baik ) dan untuk mengetahui mereka didepan namanya disebut
panggilan PUANG, DATU, KARAENG, MARADIA, ANDI dan lain-lain oleh masyarakat
Sulawesi Selatan.
TOMANURUN PUANG PALIPADA TIBA DI KAMPUNG KALUPPINI
ENREKANG
Sebagaimana dikatakan di atas bahwa ada beberapa
Tomanurun didaerah Malepon Bulan Tanah Toraja dan Masserempulu tetapi yang akan
disampaikan sejarahnya ialah Tomanurun Guru Lasellang Puang Palipada famili
Tomanurun Batara Guru dari Luwu. Tomanurun Puang Palipada tiba di Palli posi
tanah kampung Kaluppini Enrekang bersama istrinya Embong Bulan dari Malepon
Bulan Tanah Toraja. Karena penduduk asli Kampung Kaluppini dan sekitarnya
meminta kepada Tomanurun Puang Palipada tinggal memimpinnya maka dibangunkan
rumah diatas bukit Palli Posi Tanah dikampung Kaluppini.
Dibekas tempat rumah Tomanurun Puang Palipada dibukit
Palli sampai sekarang diabad XX Masehi, masih banyak rakyat datang disana
melepas nazar dengan membawa kambing, ayam dan mappeyong disana. Dan memang
orang-orang tua kita dahulu kala pada waktu tertentu mengadakan acara mappeyong
disana memperingati Tomanurun Puang Palipada karena kepemimpinannya yang
bersifat kerakyatan, kemanusiaan, dan adil, terutama menganjurkan rakyat
menyembah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Mendatangkan bibit padi dan mengajar
membuka tanah persawahan.
Selama Tomanurun Puang Palipada tinggal dikampung
Kaluppini Enrekang melahirkan lima orang anak-anak masing-masing :
1. EMPAKKA MADEABATU PUANG CEMBA KARUENG ENREKANG. Wali
pertama didaerah Masserempulu yang pertama-tama menyebar Agama Islam didaerah
Masserempulu antara abad XII / XIII M. sekarang kuburannya di Buttu Tangnga
Kota Enrekang yang sudah mendapat perawatan dari Pemerintah melalui P dan K.
Diantara keturunannya diabad XVII s/d abad XX M. menjadi wali masing-masing :
# Muh. Said Pua Datte Kadhi Enrekang
# Sanggaiya Kadhi Enrekang
# Latanro III Puang Janggo Arung Buttu/Kadhi Enrekang
# Punga Tiwajo Puang Cipong Imam Kabere Enrekang
2. LA KAMUMMU tidak ada kuburannya karena belum masuk
Islam menghilang seperti ayahnya Tomanurun Puang Palipada. Dia diberinama La Kamummu
karena badannya berwarna Kamummu ( Ungu ), karena itu bendera kerajaan Enrekang
berwarna ungu. Turunannya masing masing :
>> Takkebuku Taulan yang menurunkan :
# Arung Maiwa
# Sinapati dan
# We’ Cudai Dg. Risompa Datu Cina Punnae Tanete lampe
Pammana Wajo isteri Sawerigading.
>> Puang Palindungan Paladang Maiwa yang
menurunkan :
# Tomaraju Arung Buttu Enrekang I Suami Puang
Tianglangi Lando Rundun (Manggawari nama Islamnya) Arung Makale Tallu Lembangna
keturunananTomanurun PuangTamboro Langi Tomatasak Malepon Bulan Tanah Toraja.
3. WE’ MONNO/SANGNGAN, di Luwu digelar Datu Sengngeng,
merupakan Ibu Kandung Sawerigading dan We’ Tanriabeng ibu Simpurusiang datu
Luwu ke III.
4. MARUDINDING LABOLONG PUANG TIMBANG RANGA kawin
dengan Tomanurun dari Malepon Bulan Bulan Tanah Toraja menurunkan keturunan :
Madika Ranga Enrekang.
5. DAJENG WANNA PUTE kawin dengan lelaki dari
pegunungan Latimojong yang datang di Kaluppini menuggang kerbau besar dan tidak
bisa dilihat kecuali dihamburkan 'wanno'. Mempunyai anak sepuluh orang, 8
delapan orang menjadi orang gaib menempati beberapa gunung di Sulawesi Selatan.
Seorang tinggal bersama ibunya di kampung Kaluppini menjadi manusia biasa yang
mempunyai keturunan di Kampung Kaluppini dan sekitarnya. Tulang-tulang dan Kepala
Dajeng Wanna Pute ada di Gua di kampung Kaluppini.
0 Comments:
Subscribe to:
Posting Komentar (Atom)